Kerajaan Langkat didirikan oleh Dewa Syahdan yang konon datang dari arah pantai dan naik ke gunung, dan kemudian diangkat menjadi anak boru Raja Karo Sibayak Kuta Buluh. Dari sana ia kembali ke Deli Tua. Putranya bernama Dewa Sakti dan bergelar Kejeruan Hitam. Putra Dewa Sakti, Marhom Guri, dimakamkan di Buluh Cina, Hamparan Perak (bekas wilayah Guri). Nama itu menunjukkan keterkaitannya dengan Kerajaan Haru (Guri) yang terletak di sekitar wilayah ini. Adik perempuan Dewa Sakti juga bernama Putri Hijau. Keduanya hilang dan tidak diketahui rimbanya.
Raja Langkat menjabat sebagai wakil atau penguasa lokal atas nama Sultan Aceh sampai tahun-tahun awal abad kesembilan belas.
Kedatangan orang Eropa pada abad sembilan belas dan dua puluhan melemahkan kekuatan Aceh sebagai penjajah mereka, mendorong Raja-Raja Langkat untuk mencari untuk membangun kemandirian mereka sendiri.
Pada pertengahan abad ke-18, putra Raja Kahar yang bernama Baduzzaman berhasil memperluas Kerajaan Langkat. Raja Baduzzaman mempunyai empat putra, yaitu Kejeruan Tuah Hitam, Raja Wan Jabar (Selesai), Raja Syakban (Pungai), dan Raja Indera Bungsu yang berdiam di Kota Dalam. Keempatnya memerintah dengan otonomi luas di bawah pimpinan Kejeruan Tuah Hitam sampai abad ke-19.
Sejak tahun 1780 Langkat sudah diduduki Siak. Untuk menjamin kesetiaannya, putra Kerajaan Hitam yang bernama Nobatsyah dan putra Indra Bungsu yang bernama Raja Ahmad dibawa ke Siak dan masing-masing dinikahkan dengan putri Siak, yaitu Tengku Fatimah dan Tengku Kanah. Raja Ahmad mempunyai seorang putra yang bernama Tengku Musa. Pada awal abad ke-19 Nobatsyah dan Raja Ahmad kembali ke Langkat untuk memegang pemerintahan dan masing-masing bergelar Raja Bendahara Kejeruan Jepura Bilad Jentera Malai dan Kejeruan Muda Wallah Jepura Bilad Langkat. Menurut John Anderson yang melawat ke Langkat pada 1823, beberapa tahun kemudian terjadi perang saudara di antara mereka. Kedua raja itu tewas terkena racun. Raja Langkat digantikan oleh Tengku Pangeran Musa dari Siak.
Sejak tahun 1780 Langkat sudah diduduki Siak. Untuk menjamin kesetiaannya, putra Kerajaan Hitam yang bernama Nobatsyah dan putra Indra Bungsu yang bernama Raja Ahmad dibawa ke Siak dan masing-masing dinikahkan dengan putri Siak, yaitu Tengku Fatimah dan Tengku Kanah. Raja Ahmad mempunyai seorang putra yang bernama Tengku Musa. Pada awal abad ke-19 Nobatsyah dan Raja Ahmad kembali ke Langkat untuk memegang pemerintahan dan masing-masing bergelar Raja Bendahara Kejeruan Jepura Bilad Jentera Malai dan Kejeruan Muda Wallah Jepura Bilad Langkat. Menurut John Anderson yang melawat ke Langkat pada 1823, beberapa tahun kemudian terjadi perang saudara di antara mereka. Kedua raja itu tewas terkena racun. Raja Langkat digantikan oleh Tengku Pangeran Musa dari Siak.
Kesultanan Langkat runtuh bersamaan dengan meletusnya Revolusi Sosial tahun 1946. Pada saat itu banyak keluarga Kesultanan Langkat yang terbunuh, termasuk Tengku Amir Hamzah, penyair Angkatan Pujangga Baru dan pangeran Kesultanan Langkat.
Urutan Raja (1670-1869) & Sultan (1869-sekarang)
Dan peristiwa penting bagi Kesultanan Langkat
Sultan ke | Tahun | Nama |
1 | Ca 1670 – 1670 | Panglima Deva Shahdan, Datuk Langkat jajahan Deli.Memisahkan diri dari Deli Tua; mendirikan Langkat tetapi kemudian dikuasai Aceh dan menjadi taklukan Aceh hingga 1818 (saat Siak menyerang) |
2 | 1670 – 17xx | Bertahta Raja Kahar ibni al-Marhum Panglima Deva Shahdan, Raja Langkat |
3 | 17xx – 17xx | Bertahta Sutan Bendahara Raja Badi uz-Zaman ibni al-Marhum Raja Kahar, Raja Langkat |
4 | 17xx – 1818 | Bertahta Raja Hitam ibni al-Marhum Sutan Bendahara Raja Badi uz-Zaman [Kejeruan Tua], Raja Langkat |
1818 | Langkat diserang Siak, Raja Hitam lari ke Deli dan terbunuh. Siak menjadikan Langkat sebagai taklukan dan mengangkat Raja baru yaitu anak dari Raja Indra Bongsu (adik Raja Hitam) bernama Raja Ahmad | |
5 | 1818 – 1840 | Bertahta Raja Ahmad ibni al-Marhum Raja Indra Bongsu, Raja Langkat |
6 | 1840 – 1893 | Bertahta Raja Musa ibni al-Marhum Raja Ahmad, Raja Langkat |
1854, | Aceh kembali menyerang Langkat dan menjadikan Langkat taklukannya (lepas dari Siak) dan tetap menganggap Raja Musa sebagai Raja Langkat dengan gelar: Pangeran Indra di-Raja Amir, Pahlawan Sultan Aceh | |
1869 | Aceh melemah, Hindia Belanda masuk dan memerdekakan Langkat dari Aceh maupun Siak. | |
Gelaran RAJA diganti SULTAN. Raja Musa secara resmi mengganti nama menjadi : Y.M. Sri Paduka Tuanku Sultan Haji Musa al-Khalid al-Mahadiah Mu’azzam Shah ibni al-Marhum Sultan Ahmad, Sultan Langkat | ||
7 | 1893 – 1927 | Bertahta H.H. Sri Paduka Tuanku Sultan ‘Abdu’l ‘Aziz ‘Abdu’l Jalil Rahmad Shah ibni al-Marhum Sultan Haji Musa al-Khalid al-Mu’azzam Shah, Sultan Langkat |
Zaman keemasan Langkat dengan kontrak minyak dan perkebunan tembakau dgn Hindia Belanda. Sultan ini yang membangun Istana Darul Aman, Masjid Azizi dan menjalin pernikahan dengan anak Sultan Kedah dan Selangor. | ||
8 | 1927 – 1948 | Bertahta H.H. Sri Paduka Tuanku Sultan Mahmud ‘Abdu’l Jalil Rahmad Shah ibni al-Marhum Sultan ‘Abdu’l ‘Aziz, Sultan Langkat |
1946 | Revolusi Sosialoleh PKI, Istana Darul Aman dibakar dan banyak bangsawan Melayu Sumatra Timur (Langkat,Deli,Serdang,Asahan & Labuhan Batu ) yang dibunuh; termasuk Pahlawan Nasional Tengku Amir Hamzah dan Raja Muda Langkat (putra sulung Sultan)Tengku Musa bin Sultan Mahmud | |
Sultan tetap diangkat sebagai Kepala Kerabat Istana Langkat (Head of Langkat Royal House) dan berfungsi sebagai pengayom budaya saja | ||
9 | 1948 – 1990 | Diangkat Tengku Atha’ar ibni al-Marhum Sultan Mahmud ‘Abdu’l Jalil Rahmad Shah, Head of the Royal House of Langkat (putra kedua Sultan ke |
10 | 1990 – 1999 | Diangkat Tengku Mustafa Kamal Pasha ibni al-Marhum Sultan Mahmud ‘Abdu’l Jalil Rahmad Shah, Head of the Royal House of Langkat (putra keempat Sultan ke |
Sultan dinobatkan tetapi bukan dari anak Sultan 10 tetapi justru kembali ke galur cucu dari Sultan ke 7; Dari permaisuri ke 3: Tengku Fatimah Sham binti Tengku Puteh (kerabat Kesultanan Serdang) | ||
11 | 1999 – 2001 | Diangkat Tengku Dr Herman Shah bin Tengku Kamil, Head of the Royal House of Langkat (cucu Sultan 7; anak dari putra ke2 Sultan) |
2001 | Gelar utuh kembali dipakai | |
12 | 2001 – 2003 | Dinobatkan Y.M. Sri Paduka Tuanku Sultan Iskandar Hilali ‘Abdu’l Jalil Rahmad Shah al-Haj ibnu al-Marhum Tengku Murad Aziz, Sultan Langkat (cucu Sultan 7; anak dari putra ke7 Sultan) |
13 | 2003 | Dinobatkan Y.M. Sri Paduka Tuanku Sultan Azwar ‘Abdu’l Jalil Rahmad Shah al-Haj ibni al-Marhum Tengku Maimun, Sultan Langkat (cucu Sultan 7; anak dari putra ke10 Sultan) |
Istana Darul Aman telah hancur dalam Revolusi Sosial tahun 1946, tetapi Masjid Di Raja (Masjid Azizi) dan Pekuburan Diraja masih terawat dengan baik di Tanjung Pura.
Dan untuk kepentingan pelestarian Budaya Melayu Resam Langkat maka tetap diangkat Sultan Langkat, dimana yang sekarang adalah sultan ke 13.
Sedangkan Majlis Budaya Melayu Sumatra Timur yang mengurusi dokumentasi budaya Melayu seluruh pantai timur dipusatkan di Stabat (dimana sebuah Rumah Panggung Melayu diwujudkan sebagai tempat pameran dan aktivitas budaya lainnya)
Daftar penguasa
§ 1568-1580 : Panglima Dewa Shahdan
§ 1580-1612 : Panglima Dewa Sakti, anak raja sebelumnya
§ 1612-1673 : Raja Kahar bin Panglima Dewa Sakdi, anak raja sebelumnya
§ 1673-1750 : Bendahara Raja Badiuzzaman bin Raja Kahar, anak raja sebelumnya
§ 1750-1818 : Raja Kejuruan Hitam (Tuah Hitam) bin Bendahara Raja Badiuzzaman, anak raja sebelumnya
§ 1818-1840 : Raja Ahmad bin Raja Indra Bungsu, keponakan raja sebelumnya
§ 1840-1893 : Tuanku Sultan Haji Musa al-Khalid al-Mahadiah Muazzam Shah (Tengku Ngah) bin Raja Ahmad, anak raja sebelumnya
§ 1893-1927 : Tuanku Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rakhmat Shah bin Sultan Haji Musa, anak raja sebelumnya
§ 1927-1948 : Tuanku Sultan Mahmud Abdul Jalil Rakhmat Shah bin Sultan Abdul Aziz, anak raja sebelumnya
§ 1948-1990 : Tengku Atha'ar bin Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah, anak raja sebelumnya, sebagai pemimpin keluarga kerajaan
§ 1990-1999 : Tengku Mustafa Kamal Pasha bin Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah, saudara raja sebelumnya
§ 1999-2001 : Tengku Dr Herman Shah bin Tengku Kamil, cucu Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah
§ 2001-2003 : Tuanku Sultan Iskandar Hilali Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj bin Tengku Murad Aziz, cucu Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah, gelar Sultan dipakai kembali
§ 2003- : Tuanku Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj bin Tengku Maimun, cucu Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah
Nama resmi | Kesultanan Negeri Langkat |
Kota Raja | Tanjung Pura |
Istana Raja | Istana Darul Aman |
Masjid Raja | Al Azizi (sesuai nama Sultan yang membangunnya di masa kejayaan Negeri Langkat: Sultan Abdul Aziz (1893-1927) |
Kubur Raja | Tanjung Pura |
Wilayah | 13 kejuruan datuk (kira-kira seluas Kabupaten Langkat hari ini ditambah wilayah Kabupaten Aceh Temiang di utara |
Ruling Prince | Sri Paduka Tuanku Sultan (reign name) ibnu al-Marhum (father's title and reign name), Sultan Langkat |
The principal Royal consort | Tengku Permaisuri |
style | His(Her) Highness - Yang Mulia (YM) |
The Heir Apparent | Raja Muda |
The male/female descendants in the male line up to the fifth generation | Tengku (personal name) |
Kejuruan Langkat | 1. Kejeruan Tua |
2. Wakil Stabat | |
3. Wakil Kota Dalam | |
4. Wakil Pungai | |
5. Wakil Selesai | |
6. Kejeruan Tindal | |
7. Kejuruan Jipura Bilan Jentera Malai | |
8. Kejuruan Muda Wallah Jipura Bilad Langkat | |
9. Kejuruan Temiang (5 buah) |